Satu tahun yang lalu
adalah sisa masa terakhir SMAku , masa masa kelas 12 SMA yang paling berkesan ,
masa dimana aku memiliki seseorang yang sangat aku sayangi selama kelas 12 di
SMA itu , ya dia teman satu kelasku. Tapi dia bukan sekedar teman , dia adalah
pacarku. Hari – hari bersamanya begitu menyenangkan , indah , konyol dan dia
adalah sosok terautis yang pernah aku kenal. Bahagia ? tentu. Dia adalah orang
yang selalu membuat aku semangat untuk pergi ke sekolah , menjadi rajin dan
menjadi pintar. Dia memiliki sifat yang berbeda denganku , dia pintar tapi
pemalas. Semenjak bersamaku dia berubah menjadi lebih baik , setiap hari kami
belajar bersama mendekati ujian nasional. Dia berubah menjadi orang yang pintar
dan aku suka itu, setidaknya aku pernah menjadi orang yang mengubah hidupnya
waktu itu. Terlalu banyak kekonyolan di hari hari dulu, dan aku percaya dia
begitu menyayangiku, bisa dilihat dari kesabarannya menghadapi aku yang sangat
kekanak-kanakan dulu. Bukan cuma itu , dia juga sering marah. Sangat emosional,
dia merubah sifatku yang dulunya kekanak – kanakan , egois , tidak sabaran ,
galak , dan cengeng menjadi sosok yang lebih dewasa, tidak egois dan menghargai
pria. Wanita itu ada dibawah pria, tidak boleh semenan mena dan menganggapnya
pesuruh, yang menjadi imam adalah pria bukan wanita yang mengendalikan
hubungan. Dan itu benar – benar terjadi pada hidupku, aku benar – benar berubah
180’ lebih baik karena hal itu.
Bukan hanya sekedar
baik , dia juga kasar. Bukan satu atau dua kali saja dia suka memukul atau
lainnya, tiap dia marah entah kenapa jadi sosok yang seperti itu , ya aku tahu
dia sosok yang keras seperti ayahnya. Tapi walaupun seperti itu aku masih saja
mempertahankannya karena dia adalah satu satunya orang yang sangat menjadikan
aku menjadi diri sendiri di depannya, membuat aku selalu nyaman tanpa harus
tampil ok, saling berbagi dan terbuka. Sempurna sekali.
Semangatnya belajar
membuat dia mendapatkan tiket khusus masuk universitas melalui jalur undangan
sama seperti ku, bangga jelas karna aku dia bisa seperti ini. Kami mengisi
jurusan dan universitas yang sama supaya kami masih bisa bertemu di universitas
yan sama dan begitu banyak mimpi yang dirajut semasa SMA itu. Ujian nasional
semakin dekat , aku mati matian mengajari dia. Begitu besar sekali
pengorbananku dulu jika mengingat itu semua.
Ujian nasional
berakhir, libur panjang tiba dan itu adalah waktu waktu pendaftaran
universitas. Bukan hanya ujian nasional yang berakhir , begitu juga hubungan
kami kandas begitu saja. Seiring berjalannya waktu dan dia tidak membutuhkan
aku lagi sikapnya menjadi berubah, sangat berubah, bukan seperti orang yang aku
kenal dulu. Ya, dia akhirnya sama seperti pria pria yang lain , meninggalkan
aku begitu saja , membuangnya seperti barang bekas yang sudah tidak terpakai
lagi. Ini sangat menyakitkan, jelas sekali. Aku masih berusaha
memperjuangkannya berharap dia masih bisa kembali lagi seperti dulu tapi semua
itu sia sia rupanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar